065. Asal Usul Kota Banyuwangi - Jawa Timur


In ancient times in the east end of East Java Province, there is a large kingdom ruled by a just and wise king. The king has a son named Raden Banterang mighty. Penchant Raden Banterang is hunting.

"This morning I'm going to hunt in the forest. Prepare hunting tools, "said Raden Banterang to his servants.

After hunting equipment ready, Raden Banterang accompanied by several companions set off into the woods. When Raden Banterang walking alone, he saw a deer crossed in front of him. He immediately chase deer until deep into the forest. He was separated from his retinue.


"Where a deer before?" Said Raden Banterang, when it lost track of his quarry. "I'll continue to search until it can be," his determination.

Raden Banterang through the bush and forest trees. However, the game was not found. He arrived in a very clear river water.

"Hem, very fresh water of this river," Raden Banterang drink river water, to feel lost thirst. After that, he left the river. But only a few steps walking, suddenly he was startled by the arrival of a girl beautiful.

"Ha? A girl beauty and poise? Is he a man? Lest Satan forest watchman," muttered Banterang Raden wondered.

Raden Banterang ventured to approach the pretty girl.

"You're human or forest watchman?" Says Raden Banterang.

"I'm human," she replied, smiling.

Raden Banterang even introduce himself. Pretty girl for him."

"My name Surati from Klungkung kingdom". "I was in this place for saving themselves from enemy attack. My father had died in defending the royal crown, "he explained.

Listening to her, Raden Banterang surprised abysmal. Seeing the suffering of the King of Klungkung's princess, Raden Banterang immediate help and take her back to the palace. Soon they were married build a happy family.

One day, the Princess of the King of Klungkung walking around alone outside the palace.

"Surati! Surati ", calling a man dressed in rags.

After observing the man's face, she realized that that was in front of him is her brother named Rupaksa. Purpose of his visit was to invite his sister for revenge, because Raden Banterang had killed his father. Surati tell that he wanted diperistri Raden Banterang having been indebted. By doing so, Surati not help call his brother. Rupaksa hear angry sister. However, it could provide a memorable form to Surati headband.

"Tie this head should you keep under your bed," message Rupaksa.

Surati meeting with his brother Raden Banterang unknown, because Raden Banterang was hunting in the forest. When Raden Banterang was in the middle of the forest, his eyes suddenly startled by the arrival of a man dressed in rags.


"Your Majesty, Raden Banterang. Safety Master planned endangered by its own master's wife, "the man said. "You can see the evidence, to see a headband that is placed under the dusk. Headband belongs to the man who asked for help to kill the Master, "he explained.

After saying those words, the man dressed in rags disappeared mysteriously. Raden troubled Banterang heard reports that the mysterious man. He was immediately returned to the palace. After arriving at the palace, Raden Banterang contest directly to his wife. Looking headband that have been told by a man dressed in rags that have been encountered in the forest.

"Ha! True said the man! This headband as proof! Do you plan to kill me with a request for help to the owner of this headband! "Accused Raden Banterang to his wife.

"Is that how you repay me?" Said Raden Banterang.'

"Do not just accused. I did not intend to kill you, let alone ask for help to a man! "Said Surati. However Raden Banterang remains at its founding, that his wife had helped it would endanger his life. Well, before his life is threatened, Raden Banterang first want to harm his wife.

Raden Banterang intend drown her in a river. Upon arriving at the river, Raden Banterang told of an encounter with a man in rags when hunting in the woods. The wife was told about a meeting with a man dressed in rags as her husband explained.

"The man is my older brother. He gave me a headband to me, "explains Surati back, so Raden Banterang melts.

However, Raden Banterang continue to believe that she would harm herself." my husband! Open your heart and your feelings! I am willing to die for the salvation of you. But to give an opportunity to tell about meeting between me and my brother named Rupaksa, "said Surati warned.

"My brother would kill you! I help, but I rejected".

Hearing this, the liquid heart Raden Banterang not even think she lied..

"My husband! If it becomes clear river water and fragrant, then I innocent! However, if it remains cloudy and foul odor, then I guilty! "Said Surati.

Raden Banterang think her speech was ridiculous. So, Raden Banterang immediately drew his dagger tucked in his waist. Alongside that, Surati jumped into the river and disappeared.

Not long ago, there was a miracle. Nan fragrant smell spread around the river. Seeing the incident, Raden Banterang exclaimed in a trembling voice.

"My wife is innocent! Fragrant water this time! "How sorry Raden Banterang. He lamented the death of his wife, and regretted his folly. But it was too late.

Since then, the river becomes fragrant. In the Java language called Banyuwangi. Banyu means water and fragrant meaning fragrant. Banyuwangi name later became the name of the city of Banyuwangi.


= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu.

"Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya.

Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.

"Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya.

Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya.


"Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan seorang gadis cantik jelita.

"Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu.

"Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang.

"Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya.

Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.

Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati.

"Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.

Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping.

"Tuanku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan.


"Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya.

"Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang."

"Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.

Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.

"Kakak Adindalah yang akan membunuh Kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolak!”. Mendengar hal tersebut, hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.

Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar.

Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.

Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

No comments:

Post a Comment