018. Batu Belah Batu Bertangkup - Sumatera Selatan


Somewhere in Tanah Gayo village, there lived a husband and wife with their two children. Their oldest child was seven years old and the other about seven months old and still breastfeeding.

They are very poor. The father always went to the woods to hunt deer. He also caught grasshoppers for food savings because it is the dry season.

One day, when his father went hunting to the forest, ask for a side dish eldest son to his mother. His mother took pity on the boy and told him to take some locusts in the barn to be cooked.

However, unfortunately, the child was not careful when opening the barn. Grasshoppers that are in the barn fly. The boy told his mother. The mother was shocked and saddened. She recalled that her husband struggled to catch locusts.

The father came home from hunting with a tired face. He was upset and disappointed for not getting any deer. Upon hearing the news that all the locusts that fly in the barn, he became very angry.

Because very angry, unconsciously, the man slapped the wife. He did not care about his wife in pain and sobbing.

Unable to stand, the wife away. She headed Batu Belah place. It is said that the stone can swallow anyone if the person saying the words and sing the Gayo language. Seeing the mother go, the eldest son followed her, carrying his sister who was a baby.

In front of Batu Belah, mother very sad singing with repeated Gayo language. Batu Belah open instantly. The mother stepped in, then, the rock closed again.

" Mom.. Mom.., do not leave us, Mother .. " Her son bawl call. However, his mother did not hear because she had swallowed Batu Belah.

At the moment, darting lightning in the sky, accompanied by heavy rain. Seven strands of hair remaining mother and did not participate swallowed. Her son took the hair and keep it as a talisman.

The story is believed to Batu Belah Gayo people actually occurred.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = 

Disuatu dusun di Tanah Gayo, tinggallah sepasang suami istri dengan dua anak mereka. Anak mereka yang tertua berusia tujuh tahun dan yang kedua berusia sekitar tujuh bulan dan masih menyusui.

Mereka sangat miskin. Sang Ayah selalu pergi ke hutan untuk berburu rusa. Ia juga menangkap belalang untuk simpanan makanan karena sedang musim kemarau.

Suatu hari, saat sang Ayah pergi berburu ke hutan, anak tertua meminta lauk kepada ibunya. Ibunya kasihan pada si anak dan menyuruhnya mengambil beberapa ekor belalang di lumbung untuk dimasak.

Namun, sayangnya, anak itu tidak hati-hati saat membuka lumbung. Belalang yang ada didalam lumbung berterbangan. Anak itu memberitahu Ibunya. Sang Ibu sangat terkejut dan sedih. Ia teringat suaminya yang bersusah payah menangkap belalang-belalang itu.

Sang ayah pulang dari berburu dengan wajah lelah. Ia kesal dan kecewa karena tak mendapat seekor rusa pun. Saat mendengar berita bahwa semua belalang yang ada di lumbung berterbangan, ia jadi sangat marah.

Karena sangat marah, tanpa sadar, laki-laki itu menampar si Istri. Ia tak mempedulikan sang Istri yang kesakitan dan menangis tersedu-sedu.

Karena tidak tahan, si Istri pergi. Ia menuju tempat Batu Belah. Konon, batu itu bisa menelan siapa saja jika orang tersebut mengucapkan kata-kata dan bernyanyi dengan bahasa Gayo. Melihat sang Ibu pergi, si anak tertua mengikutinya sambil menggendong adiknya yang masih bayi.

Didepan Batu Belah, sang Ibu yang sangat sedih bernyanyi dengan bahasa Gayo berulang-ulang. Batu Belah terbuka seketika. Sang Ibu melangkah masuk, lalu, batu tersebut menutup lagi.

“Ibu.. Ibu.., jangan tinggalkan kami, Ibu..” Anaknya menangis meraung-raung memanggil. Namun, sang Ibu tidak mendengar karena ia telah ditelan Batu Belah.

Ketika itu pula, petir menyambar-nyambar di langit, diiringi hujan lebat. Tujuh helai rambut sang Ibu masih tersisa dan tidak ikut tertelan. Anaknya mengambil rambut Ibunya tersebut dan menyimpannya sebagai jimat.

Kisah Batu Belah ini diyakini masyarakat Gayo benar-benar terjadi.


:: Patuhilah Kata-Kata Orang Tua Dan Sayang-Menyayangilah Antar Saudara ::

No comments:

Post a Comment