045. Anak dan Kemenakan - Marah Roesli


Mr. Muhammad Yatim, dr. Aziz, Puti Bidasari, and Sitti Nurmala are four people who have formed a friendship from childhood, they all came from a noble family. In addition to friendly relations, between the two young couples were also established relationships between lovers. Mr. Yatim Puti Bidasari love, which is the adoptive sister and grew up in a family that Sutan family Sitti Maryam Alam and his wife. While Sitti Nurmala relationship with dr. Aziz. Sitti Nurmala is the daughter of a rich merchant in Padang that the king and his wife Mais Upik youngest.

Alam Sutan Hopjaksa very happy over the arrival of his son Mr. Yatim  from the Netherlands who has completed his school as a High Court that he received a Master's degree Doctorate, which at the time was the highest degree at the Padang, and only Mr. Yatim who got the title.

Sutan wanted to draw together his Alamsyah Hopjaksa Mr. Orphaned by his nephew Puti Bidasari sister who is the son and the daughter Renosari Baheram Sutan. But the proposal was rejected Alam Sutan, because they know the origin of Mr. Yatim are not the biological son Alam Sutan. They think Mr. Yatim are children who are poor artisan carts, though raised and adopted by Sutan Alamsyah even to school and earned a PhD in Holland Mester.

Indigenous peoples and always remained shackled and share in the lives of people, just like Putri Renosari who wants to marry her to a nobleman again. Puti Bidasari will be mated with the high nobility derivative Sutan Malik, Sutan Pamenan nephew who likes to gamble and risking chicken.

Cost Puti Bidasari marriage with Malik Sutan borne by Baginda Mais who feel disadvantaged by the marriage. Will Mr. Yatim married to Puti Bidasari or will be combined with Sitti Nurmala as demand Alam Sutan adoptive father, while Dr. Sitti Nurmala is a sweetheart. Aziz, who was his best friend from childhood.

While welcoming Mr. Yatim, Baginda Mais asked to make Sutan Alamsyah, Yati, as a law, that is to marry Nurmala Sitti. Sutan Alamsyah rejected the request Baginda Mais as Mr. Yatim were engaged with Puti Bidasari, though the engagement was not yet official. It is very disappointing Baginda Mais.

Putri Renosari and Sutan Baheram reject an application Sutan Baheram for a marriage to Mr. Yatim, due to differences in social status between the descendants of nobles with children who are poor artisan carts. Additionally Putri Renosari feel that engagement Mr. Yatim and Puti Bidasari decided unilaterally. They are the biological parents Puti oarang Bidasari not consulted. Putri Renosari words are very hurtful Alam Sutan family. The incident divisive relationship between these brothers.

Puti Bidasari taken away from home Sutan Alamsyah by both parents and banned from meeting with Mr. Yatim. The most makes Mr. Yatim was shocked when he heard that the parents who have raised and give love, it was not the biological parent. Sutan Alamsyah accepting applications to make Baginda Mais to be Mr. Yatim as a daughter with three conditions, namely: The marriage Mr. Yatim must be held on the same day as the wedding Puti Bidasari. Second, The marriage Mr. Yatim should be more festive than a wedding Puti Bidasari. And third if there is something Puti Bidasari the marriage annulled marriage Mr. Yatim must be canceled. The third requirement is to make Baginda Mais confused.

Mr. Yatim asked to marry Sitti Nurmala by adoptive parents, he was confused what path he should take. On the other hand Sitti Nurmala is his best friend since childhood sweetheart dr. Aziz, on the other hand he could not refuse the request stepfather who had raised him and send him to school to become a highly respected and admired in Padang. The most damning reason Mr. Yatim was because he loved Puti Bidasari which at the time was to be married to Sutan Malik who has a very bad character, fond of gambling and connect chickens.

One day Puti Bidasari sent a letter to Mr. Yatim are the contents that will Bidasari Puti suicide, because they do not want to be forced to marry Sutan Malik.

Puti Bidasari wedding day came with Sutan Malik held on the same day as the wedding Mr. Yatim with Sitti Nurmala. Mr. Yatim Mr.  married Sitti Nurmala is an engineering has been planned by dr. Aziz and Sitti Nurmala. After one day marry Sitti Nurmala, Yatim immediately divorced. That day Puti Bidasari feel hopeless, because the contract marriage with Sutan Malik will soon be done. But a few moments came the dr. Aziz, he called Sutan Pamenan to speak briefly. dr. Aziz asks Sutan Pamenan to cancel his nephew by marriage Puti Bidasari and if not, forced dr. Aziz Malik will report Sutan told police because he was involved in a neighbor's house arson that killed one person. In case Sutan Malik definitely imprisoned, because her niece loved Sutan Pamenan then she canceled the wedding.

Finally, marriage Mr. Yatim were canceled. Unwilling to bear the shame of the king married his daughter Mais Sitti Nurmala with dr. Aziz.

Finally Putri Renosari and Sutan Baheram accepting applications Sutan Ali Akbar uncle is none other than Mr. Yatim, a native of Iderapura. Parents Puti Bidasari already know that in fact Mr. Yatim is a high patrician equivalent to his son. With the disclosure of the identity of Mr. Yatim, nothing else can hinder relationship with Puti Bidasari, including social customs Padang. After Mr. Yatim and Puti Bidasari married they moved to Java, as Mr. Yatim transferred.


Mr. Muhammad Yatim, dr. Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang sudah menjalin persahabatan dari kecil, mereka semua berasal dari keluarga bangsawan. Selain hubungan persahabatan, diantara kedua pasangan anak muda itu juga terjalin hubungan antara kekasih. Mr. Yatim mencintai Puti Bidasari, yang merupakan adik angkatnya dan dibesarkan dalam satu keluarga yaitu keluarga Sutan Alamsyah dan istrinya Sitti Maryam. Sedangkan Sitti Nurmala menjalin hubungan dengan dr. Aziz. Sitti Nurmala merupakan putri dari saudagar kaya di Padang yaitu Baginda Mais dan istrinya Upik Bungsu.

Sutan Alamsyah Hopjaksa sangat bahagia atas kedatangan anaknya Mr. Yatim dari negeri Belanda yang sudah menyelesaikan sekolahnya sebagai Hakim Tinggi sehingga dia mendapat gelar Master Doktor, yang pada saat itu adalah gelar tertinggi di Padang, dan hanya Mr. Yatim yang mendapat gelar tersebut. 

Sutan Alamsyah Hopjaksa ingin mempersandingkan anaknya Mr. Yatim dengan keponakannya Puti Bidasari yang merupakan anak kakak perempuannya yaitu Putri Renosari dan Sutan Baheram. Akan tetapi lamaran Sutan Alamsyah ditolak, karena mereka tahu asal-usul Mr. Yatim yang bukan anak kandung Sutan Alamsyah. Mereka kira Mr. Yatim adalah anak tukang pedati yang miskin, meskipun dibesarkan dan diangkat anak oleh Sutan Alamsyah bahkan sampai disekolahkan dan mendapat gelar Mester Doktor di Negeri Belanda.

Adat tetap adat dan selalu membelenggu, mengukung dan membagi dalam tingkat kehidupan masyarakat, seperti halnya Putri Renosari yang ingin menikahkan anaknya dengan seorang bangsawan lagi. Puti Bidasari akan dikawinkan dengan turunan bangsawan tinggi Sutan Malik, kemenakan Sutan Pamenan yang gemar berjudi dan menyabung ayam.
 
Biaya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik ditanggung oleh Baginda Mais yang merasa diuntungkan dengan pernikahan tersebut. Akankah Mr. Yatim menikah dengan  Puti Bidasari ataukah akan bersanding dengan Sitti Nurmala sebagaimana permintaan ayah angkatnya Sutan Alamsyah, sedangkan Sitti Nurmala adalah kekasih dr. Aziz yang merupakan sahabat karibnya dari kecil.

Ketika pesta perayaan penyambutan Mr. Yatim, Baginda Mais meminta kepada Sutan Alamsyah untuk menjadikan Mr. Yatim sebagai menantunya, yaitu untuk dinikahkan dengan Sitti Nurmala. Sutan Alamsyah menolak permintaan Baginda Mais, karena Mr. Yatim sudah bertunangan dengan Puti Bidasari, walaupun pertunangan itu belum resmi. Hal tersebut sangat mengecewakan Baginda Mais.
 
Putri Renosari dan Sutan Baheram menolak lamaran Sutan Alamsyah untuk dinikahkan dengan Mr. Yatim, karena perbedaan status sosial antara keturunan bangsawan dengan anak tukang pedati yang miskin. Selain itu Putri Renosari merasa bahwa pertunangan Mr. Yatim dan Puti Bidasari diputuskan secara sepihak. Mereka sebagai oarang tua kandung Puti Bidasari tidak diajak berunding. Putri Renosari mengucapkan kata-kata yang sangat menyakitkan keluarga Sutan Alamsyah. Kejadian tersebut menimbulkan perpecahan hubungan diantara kakak beradik tersebut.


Puti Bidasari dibawa pergi dari rumah Sutan Alamsyah oleh kedua orang tuanya dan dilarang bertemu dengan Mr. Yatim. Hal yang paling membuat Mr. Yatim terguncang adalah ketika dia mendengar bahwa kedua orang tua yang sudah membesarkan dan memberikan kasih sayang, ternyata bukan orang tua kandung. Sutan Alamsyah menerima lamaran Baginda Mais untuk menjadikan Mr. Yatim sebagai menantunya dengan tiga syarat, yaitu: pernikahan Mr. Yatim harus dilaksanakan pada hari yang sama dengan pernikahan Puti Bidasari. Kedua, pernikahan Mr. Yatim harus lebih meriah dibandingkan pernikahan Puti Bidasari. Dan yang ketiga jika ada sesuatu hal yang membatalkan pernikahan Puti Bidasari maka pernikahan Mr.Yatim pun harus dibatalkan. Syarat yang ketiga ini membuat Baginda Mais bingung.

Mr. Yatim diminta untuk menikah dengan Sitti Nurmala oleh kedua orang tua angkatnya, dia merasa bingung jalan apa yang harus dia ambil. Disisi lain Sitti Nurmala adalah kekasih sahabatnya sejak kecil yaitu dr. Aziz, disisi lain dia tidak bisa menolak permintaan ayah angkatnya yang sudah membesarkan dia dan menyekolahkannya sampai menjadi orang yang sangat dihormati dan dikagumi di Padang. Alasan yang paling memberatkan Mr. Yatim adalah karena dia sangat mencintai Puti Bidasari yang pada waktu itu akan dinikahkan kepada Sutan Malik yang mempunyai tabiat yang sangat buruk, gemar berjudi dan menyambung ayam. 

Pada suatu hari Puti Bidasari mengirim surat kepada Mr. Yatim yang isinya bahwa Puti Bidasari akan bunuh diri, karena tidak mau dipaksa kawin dengan Sutan Malik.
 
Tibalah saatnya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik yang dilaksanakan pada hari yang sama dengan pernikahan Mr.Yatim dengan Sitti Nurmala. Mr. Yatim menikahi Sitti Nurmala adalah sebuah rekayasa yang sudah direncanakannya dengan dr. Aziz dan Siti Nurmala. Setelah satu hari menikahi Sitti Nurmala, Mr. Yatim langsung menceraikannya. Hari itu Puti Bidasari merasa putus asa, karena akad pernikahannya dengan Sutan Malik akan segera dilakukan. Tapi beberapa saat datanglah dr. Aziz, dia memanggil Sutan Pamenan untuk berbicara sebentar. dr. Aziz meminta Sutan Pamenan untuk membatalkan pernikahan keponakannya dengan Puti Bidasari dan kalau tidak, terpaksa dr. Aziz akan melaporkan Sutan Malik Kepada polisi karena dia terlibat dalam kasus pembakaran rumah tetangganya yang menewaskan satu orang. Dengan kasus itu Sutan Malik pasti dipenjara, karena Sutan Pamenan sangat menyayangi keponakannya maka dia membatalkan pernikahan itu. 


Akhirnya pernikahan Mr. Yatim pun batal. Karena tidak mau menanggung malu maka Baginda Mais menikahkan puterinya Sitti Nurmala dengan dr. Aziz.

Akhirnya Putri Renosari dan Sutan Baheram menerima lamaran Sutan Ali Akbar yang tidak lain pamannya Mr. Yatim, yang berasal dari Iderapura. Orang tua Puti Bidasari sudah mengetahui bahwa sebenarnya Mr. Yatim adalah keturunan bangsawan tinggi yang setara dengan anaknya. Dengan terungkapnya jati diri Mr. Yatim, tidak ada lagi yang dapat menghalangi hubungannya dengan Puti Bidasari, termasuk adat istiadat masyarakat Padang. Setelah Mr. Yatim dan Puti Bidasari menikah mereka pindah ke tanah Jawa, karena Mr. Yatim dipindahtugaskan.



Judul : Anak dan Kemenakan
Pengarang : Marah Roesli
Lahir : Sumatra Barat, 07.08.1889
Wafat : Jawa Barat, 17.01.1968, usia 78 th


Riwayat Pengarang :

Marah Rusli, sang sastrawan itu, bernama lengkap Marah Roesli bin Abu Bakar. Ia dilahirkan di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889. Ayahnya, Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Buitenzorg (kini Bogor) pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Perkawinan Marah Rusli dengan gadis Sunda bukanlah perkawinan yang diinginkan oleh orang tua Marah Rusli, tetapi Marah Rusli kokoh pada sikapnya, dan ia tetap mempertahankan perkawinannya.
  • Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Berbeda dengan Taufiq Ismail dan Asrul Sani yang memang benar-benar meninggalkan profesinya sebagai dokter hewan karena memilih menjadi penyair, Marah Rusli tetap menekuni profesinya sebagai dokter hewan hingga pensiun pada tahun 1952 dengan jabatan terakhir Dokter Hewan Kepala. Kesukaan Marah Rusli terhadap kesusastraan sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba, tukang dongeng di Sumatera Barat yang berkeliling kampung menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra. Marah Rusli meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.
Kiprah : 

Dalam sejarah sastra Indonesia, Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat. Marah Rusli berpendidikan tinggi dan buku-buku bacaannya banyak yang berasal dari Barat yang menggambarkan kemajuan zaman. Ia kemudian melihat bahwa adat yang melingkupinya tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Hal itu melahirkan pemberontakan dalam hatinya yang dituangkannya ke dalam karyanya, Siti Nurbaya. Ia ingin melepaskan masyarakatnya dari belenggu adat yang tidak memberi kesempatan bagi yang muda untuk menyatakan pendapat atau keinginannya.
  • Dalam Siti Nurbaya, telah diletakkan landasan pemikiran yang mengarah pada emansipasi wanita. Cerita itu membuat wanita mulai memikirkan akan hak-haknya, apakah ia hanya menyerah karena tuntutan adat (dan tekanan orang tua) ataukah ia harus mempertahankan yang diinginkannya. Ceritanya menggugah dan meninggalkan kesan yang mendalam kepada pembacanya. Kesan itulah yang terus melekat hingga sampai kini. Setelah lebih delapan puluh tahun novel itu dilahirkan, Siti Nurbaya tetap diingat dan dibicarakan.
Selain Siti Nurbaya, Marah Rusli juga menulis beberapa roman lainnya. Akan tetapi, Siti Nurbaya itulah yang terbaik. Roman itu mendapat hadiah tahunan dalam bidang sastra dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia


Bibliografi : 


- Siti Nurbaya. Trapoh : Balai Desa. 1920 mendapat hadiah dari Pemerintah RI tahun 1969. Lasmi. Gumbeng : Balai Pustaka. 1924
- Anak dan Kemenakan. Jakarta : Balai Pustaka. 1956
- Memang Jodoh (naskah roman dan otobiografis) 
- Tesna Zahera (naskah Roman)  

Terjemahannya :

* Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922)
* Trivia 

* Marah Roesli adalah kakek dari Harry Roesli pemusik Kontemporer Indonesia *

No comments:

Post a Comment