022. Sangkuriang - Jawa Barat


Once upon a time, in the Kingdom in West Java, there lived a princess named Dayang Sumbi. She is very pretty and likes to weave.

One day, while weaving, yarn weave rolling out of the house. The girl says, "Ah, my yarn fall away once. Anyone who get my yarn, if lady, would I raised as sister, if it's a man, would be my husband."

Suddenly, there came a black dog carries her thread. The dog was named the Tumang. Dayang Sumbi was forced to fulfill her promise. They were married. Apparently, the incarnation of Lord Tumang is cursed into animals and exiled to earth.

Time passed , Dayang Sumbi gave birth to a boy, named Sangkuriang. One day, Dayang Sumbi ask Sangkuriang to look for liver deer hunting. Sangkuriang went into the forest accompanied Tumang.

After hunting all day, Sangkuriang not get a deer. He was also upset that the Tumang not help. Sangkuriang angry, then shoot the Tumang so the dog dead. Sangkuriang take care of the Tumang and take it home.

Arriving home, the heart Sangkuriang handed to Dayang then Dayang Sumbi cook immediately. When finished eating, Dayang Sumbi asked where the Tumang. Sangkuriang telling the truth he has done. What a surprise when she heard the story of Sangkuriang. Without realizing it, she hit the dipper in her hand to the head Sangkuriang to cause head injuries Sangkuriang.

Dayang Sumbi upset and drove Sangkuriang, then Sangkuriang leave home. Dayang Sumbi regretted her actions. With sadness, she retreated. She lives by eating the leaves so that it has a timeless beauty.

Year after year. Sangkuriang grown into a handsome and dashing young man. Once, while wandering, he arrived somewhere and met Dayang Sumbi. They are in love. Sangkuriang was about to ask for her hand.

When approaching the proposal, intends Sangkuriang want to hunt. When going head cloth tied her future husband, Dayang Sumbi see the same scar her son. She was very surprised and convinced that her husband is her biological child.

Dayang Sumbi soon find a way to thwart her marriage. She is a requirement, ie to stem the Citarum river and make a big canoe. Both of these requirements must be completed before dawn and was Sangkuriang agree.

Sangkuriang ask for help on a supernatural being to complete the task. When dawn broke, Sangkuriang almost completing the requirements. Dayang Sumbi panic. She asked the villagers to pound rice women. Else crowing rooster thinking that dawn comes sooner. The magical creature who helps Sangkuriang was frightened and immediately ran away.

Sangkuriang very upset. His efforts failed. In anger, he almost break the embankment which has been completed, consequently there was a flood that engulfed the entire village.

The canoe was finished he kicked so far and thrown upside down. Large canoe was gradually transformed into a mountain later named Mount Tangkuban Perahu means boat upside down.

Until now, Mount Tangkuban Perahu become famous attractions in West Java.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Dahulu kala, disebuah kerajaan di Jawa Barat, hiduplah seorang Putri Raja bernama Dayang Sumbi. Ia sangat cantik dan gemar menenun.

Suatu hari, ketika sedang menenun, benang tenunnya menggelinding keluar rumah. Gadis ini berucap, “Ah, benangku jauh sekali jatuhnya. Siapapun yang mengambilkan benangku, kalau ia wanita, akan kuangkat sebagai saudara, kalau ia laki-laki, ia akan menjadi suamiku”.

Tiba-tiba, datanglah seekor anjing hitam membawakan benang miliknya. Anjing tersebut bernama si Tumang. Dayang Sumbi pun terpaksa memenuhi janjinya. Mereka pun menikah. Ternyata, si Tumang adalah titisan Dewa yang dikutuk menjadi binatang dan dibuang ke bumi.

Waktu berlalu, Dayang Sumbi melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Suatu hari, Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang untuk berburu mencari hati kijang. Sangkuriang pun berangkat ke hutan ditemani si Tumang.

Setelah berburu sepanjang hari, Sangkuriang tak mendapatkan seekor kijang. Ia juga kesal karena si Tumang tidak membantu. Sangkuriang marah, lalu memanah si Tumang sehingga anjing itu mati. Sangkuriang mengambil hati si Tumang dan membawanya pulang.

Sesampainya dirumah, Sangkuriang menyerahkan hati tersebut kepada Ibunya Dayang Sumbi dan Dayang Sumbi segera memasaknya. Setelah selesai menyantap, Dayang Sumbi menanyakan keberadaan si Tumang. Sangkuriang menceritakan hal sebenarnya yang telah diperbuatnya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika mendengar cerita Sangkuriang. Tanpa sadar, ia memukul gayung yang dipegangnya ke kepala Sangkuriang hingga menimbulkan luka di kepala Sangkuriang.

Dayang Sumbi kesal lalu mengusir Sangkuriang, lalu Sangkuriang pergi meninggalkan rumah. Dayang Sumbi menyesali perbuatannya. Dengan perasaan sedih, ia pun mengasingkan diri. Ia hidup dengan makan daun-daunan sehingga ia memiliki kecantikan abadi.

Tahun berganti tahun. Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Suatu kali, ketika sedang mengembara, ia sampai disuatu tempat dan bertemu Dayang Sumbi. Mereka saling jatuh cinta. Sangkuriang pun hendak meminangnya.

Ketika mendekati hari pinangan, Sangkuriang bermaksud hendak berburu. Ketika akan mengikatkan kain dikepala calon suaminya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang sama dengan bekas luka anaknya. Ia sangat terkejut dan yakin bahwa calon suaminya adalah anak kandungnya.

Dayang Sumbi segera mencari akal untuk menggagalkan pernikahannya. Ia mengajukan persyaratan, yaitu membendung sungai Citarum dan membuatkan sampan yang besar. Kedua syarat ini harus diselesaikan sebelum fajar dan Sangkuriang pun menyanggupinya.

Sangkuriang meminta bantuan pada makhluk gaib untuk menyelesaikan tugas itu. Ketika fajar menyingsing, Sangkuriang hampir meyelesaikan persyaratan itu. Dayang Sumbi panik. Ia meminta perempuan desa untuk menumbuk padi. Ayam jago pun berkokok karena mengira fajar datang lebih cepat. Para makhluk gaib yang membantu Sangkuriang pun ketakutan dan segera melarikan diri.

Sangkuriang sangat kesal. Usahanya gagal. Dengan marah, ia menjebol tanggul yang telah hampir selesai dibuat, akibatnya terjadilah banjir yang melanda seluruh desa.

Sampan yang sudah jadi pun ia tendang sehingga terlempar jauh dan terbalik. Sampan besar itu lama-kelamaan berubah menjadi sebuah gunung yang kemudian diberi nama Gunung Tangkuban Perahu yang berarti perahu terbalik.

Hingga saat ini, Gunung Tangkuban Perahu menjadi objek wisata terkenal di Jawa Barat.

:: Keegoisan Hanya Akan Menghancurkan Diri Sendiri ::

No comments:

Post a Comment